twitter
rss

Satu lagi karya Umberto Eco yang menarik untuk dibaca yaitu Novel "Baudalino". Berikut ringkasan cerita Baudalino yang saya ambil dari http://pojokbukubuku.blogspot.com.

Membaca Baudolino karya Umberto Eco, kita ditunjukkan kekayaan literatur abad pertengahan yang rinci. Membaca buku ini berarti mengakui bahwa Eco adalah seorang maestro dalam sejarah. Ini menunjukkan betapa sebuah paduan maut antara sejarawan, filsuf, linguis, dan pendongeng ulung bisa menghasilkan sebuah karya yang lengkap dan luar biasa. Bahkan Eco sampai menciptakan bahasa sendiri di buku ini (dalam bagian awal buku), yang membuat penerjemahan ke dalam bahasa apapun akan semakin rumit. Eco seakan melakukan eksperimen dengan bahasa dan interpretasinya.


Dalam novel ini, tokoh-tokoh dalam sejarah berhubungan dengan tokoh-tokoh fiktif karangan Eco. Mirip seperti Forest Gump abad pertengahan. Begitu piawainya Eco, sampai tokoh-tokoh sejarah kadang menjadi karakter dalam dunia dongeng, dan tokoh-tokoh fiktif menjadi seperti benar-benar ada dan pernah meninggalkan jejaknya di dunia. Tokoh dalam buku ini, Baudolino, bercerita tentang kehidupannya yang penuh pengalaman menarik kepada Niketas Choniates (tokoh sejarah), setelah Baudolino menyelamatkan Niketas dari para prajurit Perang Salib yang menyerang Konstantinopel (peristiwa aktual dalam sejarah, dimana Pasukan Perang Salib dari Kristen Roma menyerang kerajaan Kristen Byzantium di Konstantinopel, karena uang dan kekuasaan). Niketas melarikan diri dari Konstantinopel dibantu Baudolino, dan sepanjang pelarian, Baudolino bercerita mengenai hidupnya yang panjang.


Baudolino, bercerita kepada Niketas, lahir sebagai anak petani di Alessandria, Italia. Hidupnya berubah ketika dia diadopsi oleh Raja Jerman, Frederick I, Barbarossa (Si Janggut Merah) yang kemudian diangkat Paus Adrian IV menjadi Kaisar Roma. Frederick Barbarossa jarang sekali berada di istananya, selalu berkeliling Jerman, Italia, dan bagian Eropa lainnya untuk menaklukkan daerah tersebut. Baudolino ikut kemana dia pergi, sampai akhirnya Barbarossa mengirimnya sekolah ke Universitas Paris. Baudolino sebagai anak angkat yang disayangi lebih dari anak sendiri, mempunyai rasa bersalah terhadap Barbarossa, karena diam-diam jatuh hati dengan istri Barbarossa, Beatrice, ratu Burgundy yang cantik.


Di Paris dia berteman dengan beberapa orang yang setuju untuk ikut dengannya mencari kerajaan Kristen kuno yang dipimpin oleh Prester John, sebuah legenda tentang kerajaan kristen di timur. Prester John dalam legenda dikatakan sebagai keturunan Tiga Raja Magi, sebuah dongeng dalam Kristen dimana tiga raja Zoroaster dari timur datang melihat Yesus begitu dia dilahirkan. Baudolino pergi bersama Sang Penyair (tokoh sejarah), Kyot (tokoh sejarah, kelak menulis puisi terkenal mengenai grasal suci), Abdul (tokoh fiksi), Boron (kemungkinan Robert de Boron, penyair Perancis), Solomon (tokoh fiksi), dan Ardzrouni (tokoh fiksi). 


Mereka akhirnya melakukan perjalanan ke timur untuk menemukan bukti kerajaan Prester John. Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan berbagai makhluk aneh, sebagian ada dalam legenda, sebagian diciptakan oleh Umberto Eco sendiri. Sebelum mencapai kerajaan Prester John, mereka bertemu dengan kerajaan Diakon Johannes, yang terkena kusta.


Baudolino bertemu dengan wanita yang bercengkerama dengan Unicorn bernama Hypatia, anggota dari sebuah kaum di hutan yang kesemuanya adalah wanita. Kaum yang semua anggotanya bernama Hypatia itu adalah keturunan dari murid Hypatia, seorang filsuf dan ahli matematika yang cantik yang hidup pada abad 4. Seperti kita ketahui dalam sejarah, Hypatia tinggal di Alexandria (Mesir) yang dikuasai oleh Kristen Roma, kemudian dibunuh oleh penduduk Kristen di jalan karena dianggap penghasut agama, dengan cara ditelanjangi, dikuliti, diukirkan tulisan di dagingnya, kemudian dibakar. Pengikutnya pun diburu untuk dieksekusi.


Dalam novel ini, Baudolino yang hidup di abad 11 bertemu dengan keturunan murid Hypatia yang melarikan diri di tengah hutan, jauh di timur. Mereka memutuskan segala hubungan dengan dunia luar, hidup dengan ajaran dari Hypatia, dan memilih nama yang sama untuk semua orang, termasuk Hypatia, kekasih Baudolino. Hypatia, kekasih Baudolino, belakangan ketahuan bahwa ternyata dia memiliki tubuh wanita yang rupawan tapi berkaki kambing.


Baudolino dan pengikutnya juga terlibat pertempuran besar dengan bangsa asing berwajah kuning yang agresif yang disebut dengan orang-orang Hun Putih. Orangh-orang Hun Putih itu menang, dan Baudolino dan kawan-kawan berhasil melarikan diri melalui burung raksasa yang akhirnya membuat mereka terdampar di Konstantinopel.


Dongeng dalam buku ini sangat menawan, karena Umberto Eco fasih bicara sejarah. Ada baiknya Anda membaca buku ini didampingi buku sejarah Eropa Abad Pertengahan, dan Anda akan menemukan fakta-fakta historis yang menarik. Buku ini sarat dengan sejarah perkembangan agama Kristen, tapi tetap saja menarik untuk dibaca seorang Muslim seperti saya.


Eco seakan mengatakan bahwa penulisan sejarah selalu subyektif, tak melulu potret sebuah masa tertentu dari masyarakat tertentu. Adalah menarik memperhatikan bagaimana sejarah terjadi dan sejarah ditulis. Membaca novel ini, saya mendapatkan kesan seakan Eco berusaha untuk menihilkan sejarah, sekaligus menyejarahkan yang nihil. Buku ini dapat membuat orang yang mengimani sesuatu mempertanyakan sendiri keimanannya. Surat dari Prester John untuk Kaisar Byzantium yang benar-benar beredar dalam sejarah, dalam buku ini diceritakan ditulis oleh Baudolino sendiri, sebelum akhirnya dicuri.


Relikui suci yang sering ditemukan dalam dunia Kristen, ternyata dalam buku ini dengan mudah dipalsukan, termasuk kain kafan di Turin yang disebut-sebit sebagai kain kafan Yesus, dalam buku ini diceritakan didapatkan Baudolino dari seorang diakon yang terkena lepra. Kerangka tiga Raja Magi yang disimpan di Milan saat ini dalam cerita ini merupakan rekayasa Baudolino yang cerdas untuk menaikkan pamor ayah angkatnya, Barbarossa. Dalam novel ini dijelaskan, mengapa sekarang ada kepala Johannes Pembaptis disimpan di Roma, sekaligus di Munich, juga di Istambul, di sebuah gereja di Mesir, dan lain-lain. Baudolino dan teman-temannya memalsukan banyak sekali kepala Johannes Pembabtis untuk dijual.


Yang mana yang sejarah, yang mana yang karangan, tidak terlalu penting bagi saya, karena pasti berbeda pula bagi Eco sendiri. Sejarah telah tertulis, entah benar atau fiksi. Barbarossa mati secara tragis, entah kecelakaan murni atau dibunuh, biarkan menjadi misteri. Baudolino mungkin fiksi. Mungkin saja pernah ada.

Anda bisa membaca Baudolino karya Umberto Eco ini di Rumah Baca "Bukabuku" Badas. Lihat katalognya http://u74n6.0adz.com.


0 komentar:

Posting Komentar